ASI bisa benar kurang atau hanya perasaan ibu yang merasa
ASI nya kurang, karena merasa bayinya kok menangis terus walau sudah diberi
ASI. ASI bisa kurang oleh karena berbagai faktor, diantaranya :
Faktor cara menyusui
- Terlambat mulai menyusui.
Enam jam setelah melahirkan, bayi idealnya sudah dicoba untuk menyusui. Memang biasanya
ASI belum keluar, tapi hal ini merupakan rangsangan bagi payudara untuk memproduksi ASI. Jangan diberi susu formula sedikit pun.
Bayi yang lahir cukup bulan dan sehat mempunyai persediaan kalori dan cairan yang cukup untuk bertahan TANPA minuman selama beberapa hari. Jadi
ASI yang tidak keluar pada hari – hari pertama bukan alasan untuk memberikan susu formula. Selain itu, pemberian minuman sebelum ASI keluar akan menghambat pengeluaran ASI oleh karena bayi sudah kenyang dan malas menyusui
Memang agak susah saat ini mencari rumah sakit yang mempunyai kebijaksanaan soal ASI eksklusif yang tegas. Tapi anda bisa meminta perawat atau dokter anak anda untuk tidak memberikan susu formula pada bayi anda.
Pemberian ASI jangan dijadwalkan. Beri anak anda ASI sesuai keinginannya.
- Pelekatan dan posisi menyusui yang kurang baik/benar
- Penggunaan dot
- Terlalu cepat memberikan makanan lain
Faktor ibu
- Kurang percaya diri
- Kelelahan
- Stres
- Penggunaan obat kontrasepsi (KB).
Tanyakan pada dokter anda, kontrasepsi apa yang dianjurkan buat ibu menyususi.
- Ari-ari yang masih tertinggal di dalam rahim (retensio plasenta)
Biasanya ditandai dengan perdarahan yang banyak dan tidak berhenti.
Faktor bayi
- Bayi sakit
- Bayi ada kelainan menghisap
Kecukupan ASI dapat dinilai dengan menimbang kenaikan berat badan bayi secara teratur. Bila kenaikannya masih sesuai dengan pertumbuhan yang normal berarti ia mendapat cukup ASI. Secara lebih cepat juga dapat diketahui kecukupan ASI dengan memperhatkan berapa kali bayi kencing dan bagaimana warna kencingnya. Bila bayi hanya mendapat ASI dan dapat mengeluarkan air kencing paling kurang 6 kali sehari dan encer, itu berarti bayi mendapat cukup ASI.
( Sumber : Ilmu gizi klinis pada anak, FKUI, Prof.DR.dr.Solihin Pudjiadi, DSAK )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar