Menurut penelitian yang telah dilakukan para psikolog Amerika yang khusus mendalami tentang terapi komunikasi, terjalinnya suatu komunikasi efektif dalam keluarga dapat berpengaruh pada keseharian suami-istri dalam menyelesaikan pekerjaan di kantor, menyelesaikan problem rumah tangga, mengasuh anak dan mengatasi stres.
JALINAN komunikAsi yang harmonis mempunyai makna yang sangat luas dan dapat diinterpretasikan bermacam-macam oleh setiap pasangan. Cara dan gaya komunikasi pasangan suami-istri dalam mengungkapkan apa yang mereka rasakan tentu saja berbeda-beda. Ada yang mengungkapkan dengan romantisme lewat kata-kata yang penuh sanjungan, namun ada pula yang melewati hari-hari mereka dengan komunikasi yang biasa, tanpa banyak kata yang mengandung nilai pujian. Bagaimanapun bentuknya, setiap pasangan harus dapat menciptakan komunikasi yang harmonis. Tidak dipenuhi kata-kata bermakna negatif yang cenderung memancing emosi pasangan dan menimbulkan keributan panjang.
Komunikasi sehari-hari dapat terbangun dengan baik karena pasangan menikah meluangkan waktunya untuk berbicara tentang apa saja yang mereka lakukan sepanjang hari. Waktu dua puluh menit adalah waktu yang cukup untuk saling mengungkapkan pengalaman masing-masing. Mengisi waktu dengan bepergian ke suatu tempat bersama seluruh anggota keluarga juga merupakan salah satu bentuk usaha untuk membangun kebersamaan.
Upaya untuk meminimalkan kata-kata bermakna negatif dalam komunikasi suami-istri dapat diwujudkan dengan berbagai cara. Seperti menahan diri untuk tidak menyinggung pasangan dengan menjadikan kekurangan fisik sebagai bahan pembicaraan pada saat sedang marah. Misalnya saja mengejek postur tubuhnya yang pendek, badannya yang gemuk, perut suami yang mulai membuncit atau tubuh istri yang sudah mulai melar. Hindarkan pula penggunaan kata-kata yang bernada merendahkan di ujung kalimat saat sedang marah seperti, ''Begitu saja, tidak bisa, dasar bodoh!'' Atau mengganti kata bodoh tersebut dengan kata yang kurang lebih berarti sama seperti tolol, goblok, atau bego.
JALINAN komunikAsi yang harmonis mempunyai makna yang sangat luas dan dapat diinterpretasikan bermacam-macam oleh setiap pasangan. Cara dan gaya komunikasi pasangan suami-istri dalam mengungkapkan apa yang mereka rasakan tentu saja berbeda-beda. Ada yang mengungkapkan dengan romantisme lewat kata-kata yang penuh sanjungan, namun ada pula yang melewati hari-hari mereka dengan komunikasi yang biasa, tanpa banyak kata yang mengandung nilai pujian. Bagaimanapun bentuknya, setiap pasangan harus dapat menciptakan komunikasi yang harmonis. Tidak dipenuhi kata-kata bermakna negatif yang cenderung memancing emosi pasangan dan menimbulkan keributan panjang.
Komunikasi sehari-hari dapat terbangun dengan baik karena pasangan menikah meluangkan waktunya untuk berbicara tentang apa saja yang mereka lakukan sepanjang hari. Waktu dua puluh menit adalah waktu yang cukup untuk saling mengungkapkan pengalaman masing-masing. Mengisi waktu dengan bepergian ke suatu tempat bersama seluruh anggota keluarga juga merupakan salah satu bentuk usaha untuk membangun kebersamaan.
Upaya untuk meminimalkan kata-kata bermakna negatif dalam komunikasi suami-istri dapat diwujudkan dengan berbagai cara. Seperti menahan diri untuk tidak menyinggung pasangan dengan menjadikan kekurangan fisik sebagai bahan pembicaraan pada saat sedang marah. Misalnya saja mengejek postur tubuhnya yang pendek, badannya yang gemuk, perut suami yang mulai membuncit atau tubuh istri yang sudah mulai melar. Hindarkan pula penggunaan kata-kata yang bernada merendahkan di ujung kalimat saat sedang marah seperti, ''Begitu saja, tidak bisa, dasar bodoh!'' Atau mengganti kata bodoh tersebut dengan kata yang kurang lebih berarti sama seperti tolol, goblok, atau bego.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar