Intoleransi Laktosa ( didapat)
Judul di atas maksudnya intoleransi laktosa yang bukan keturunan atau bawaan. Seperti dijelaskan pada artikel sebelumnya intoleransi laktosa dikelompokkan menjadi dua yaitu yang merupakan bawaan/keturunan dan bentuk yang didapat. Bentuk kedua inilah yang sering ditemukan. Bentuk yang kedua atau yang di dapat dibagi menjadi :
- Kekurangan Laktase primer
Seperti diterangkan dalam artikel sebelumnya, bahwa pada umur 3-5 tahun dan seterusnya aktivitas laktase akan menurun, hal ini merupakan hal yang normal. Tinggal dilihat sejauh mana penurunan aktivitas laktase tersebut. Kita bisa mencurigai bila anak kita menderita intoleransi laktosa primer bila pada usia 3-5 tahun timbul gejala – gejala kembung, diare, mules pada anak kita setiap habis minum susu, yang sebelumnya tidak masalah. Bila dokter memang mencurigai anak anda menderita intoleransi laktosa biasanya akan dilakukan tes toleransi laktosa dengan cara memberikan laktosa sebanyak 2 gr/kgbb. Bila pada pemberian laktosa sebanyak itu timbul keluhan, maka hasilnya dianggap positif yang berarti anak anda dinyatakan sebagai penderita intoleransi laktosa.
Tapi perlu diketahui, hasil tes yang positif bukan berarti anak anda tidak bisa minum susu sapi. Karena pemberian susu sapi 1 gelas ( yang berarti kadar laktosa tidak banyak. 1 liter susu sapi mengandung 40 gr laktosa) pada umumnya dapat diterima oleh penderita intoreransi laktosa primer. Karena timbulnya gejala seperti diare, mules, mual dan sebagainya tergantung jumlah dan kecepatan laktosa dalam usus halus.
Kesimpulannya, bila anak anda dinyatakan menderita intoleransi laktosa primer maka dapat dicoba pemberian susu sapi dalam jumlah tidak melebihi 200 ml tiap kalinya. Akan tetapi bila dengan jumlah tersebut masih menebabkan gejala, seperti mual, mules, kembung dan diare maka dapat diberikan susu rendah laktosa /bebas laktosa atau susu yang dibuat dari kacang kedelai.
- Kekurangan Laktase Sekunder
Pada penderita kekurangan laktase sekunder ditemukan gejala – gejala kekurangan laktase seperti mual, mules, kembung dan diare setelah pemberian susu sapi sebagai akibat keadaan/penyakit. Biasanya seabagai akibat penyakit infeksi usus (muntaber), penyakit kekurangan gizi, dan pemberian obat-obatan tertentu seperti neomycin, kanamycin.
Kenapa hal ini bisa terjadi? Karena aktivitas laktase di dinding usus halus sangat sensitif ( laktase di produksi di permukaan usus halus ) terhadap kerusakan di permukaan usus halus. Jadi keadaan atau penyakit yang disebutkan diatas merusak permukaan usus halus yang berakibat turunnya produksi laktase. Maka timbullah kekurangan laktase sekunder.
Terapi :
Menghilangkan penyebabnya atau mengobati penyakitnya.
Pebaiki keadaan gizi pada penderita kurang gizi.
Diet : jika masih mendapat ASI, diteruskan pemberiannya walaupun mengandung kadar laktosa tinggi, sebab ASI mengandung zat – zat anti infeksi untuk mempertinggi daya tahan tubuh. Bila bayi mendapat susu formula, encerkan untuk sementara atau ganti gantikan dengan formula khusus yang rendah laktosa atau tanpa laktosa seperti susu LLM, Bebelac FL, Prosobee dsb.
( Sumber : Ilmu gizi klinis pada anak,FKUI, Prof.DR.dr.Solihin Pudjiadi, DSAK )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar